bukti Evolusi
Bukti ilmiah evolusi berasal dari banyak aspek biologi, ia meliputi fosil, homologi struktur, dan persamaan molekuler DNA antar spesies.
1. Catatan fosil
Fosil memberikan bukti bahwa perubahan yang berakumulasi pada organisme dalam periode waktu yang lama telah mengakibatkan keanekaragaman bentuk-bentuk kehidupan yang kita lihat sekarang. Fosil sendiri menyingkap struktur organisme dan hubungan antara spesies sekarang dengan spesies yang telah punah, mengijinkan para ahli paleontologi membangun pohon silsilah seluruh bentuk kehidupan di bumi.
Paleontologi modern dimulai oleh karya Georges Cuvier (1769–1832). Cuvier mencatat bahwa pada batuan sedimen, tiap lapisan mengandung kelompok fosil tertentu. Lapisan yang lebih dalam mengandung bentuk kehidupan yang lebih sederhana. Ia juga mencatat bahwa banyak bentuk kehidupan pada zaman dahulu yang tidak ada lagi pada zaman sekarang. Salah satu kontribusi Cuvier terhadap pemahaman catatan fosil adalah menegaskan bahwa kepunahan merupakan fakta.
Sejumlah besar fosil telah ditemukan dan diidentifikasikan. Fosil-fosil ini berperan sebagai catatan kronologis evolusi. Catatan fosil memberikan contoh-contoh spesies transisi yang menghubungkan bentuk kehidupan yang lalu dengan bentuk kehidupan sekarang. Salah satu contoh fosil transisi tersebut adalah Archaeopteryx (gambar 1), organisme kuno yang memiliki karakteristik reptil (gigi kerucut dan tulang ekor yang panjang) namun juga memiliki karakteristik burung (bulu burung dan tulang furkula). Implikasi penemuan seperti ini adalah bahwa reptil dan burung memiliki nenek moyang bersama.
Selain Archaeopteryx, bukti fosil yang ditemukan lainnya adalah fosil hidup yaitu Coelacanth yang pertama yang ditemukan di Afrika Selatan, di hadapan nona Courtenay-Latimer, kurator museum East London.Pencarian lokasi tempat tinggal ikan purba itu selama belasan tahun berikutnya kemudian mendapatkan perairan Kepulauan Komoro di Samudera Hindia sebelah barat sebagai habitatnya, di mana beberapa ratus individu diperkirakan hidup pada kedalaman laut lebih dari 150 m. Di luar kepulauan itu, sampai tahun 1990an beberapa individu juga tertangkap di perairan Mozambique, Madagaskar, dan juga Afrika Selatan. Namun semuanya masih dianggap sebagai bagian dari populasi yang kurang lebih sama.
Coelacanth memiliki ciri khas ikan-ikan purba, ekornya berbentuk seperti sebuah kipas, matanya yang besar, dan sisiknya yang terlihat tidak sempurna (seperti batu). Baru-baru ini, di Bunaken ditemukan seekor coelacanth hidup berenang dengan bebasnya. Ukurannya kira-kira 2/3 tubuh orang dewasa dan tubuhnya berwarna ungu gelap.
2. Perbandingan anatomi
Perbandingan kemiripan pada bentuk maupun penampilan anggota tubuh antar organisme disebut sebagai morfologi. Morfologi telah digunakan sejak lama untuk mengelompokkan bentuk-bentuk kehidupan ke dalam kelompok-kelompok yang berhubungan dekat. Ini dapat dilakukan dengan membandingkan struktur organisme dewasa spesies yang berbeda ataupun dengan membandingkan pola pertumbuhan, pembelahan, dan bahkan migrasi sel semasa perkembangan organism
a. Taksonomi
Taksonomi adalah cabang ilmu biologi yang menamakan dan mengelompokkan seluruh makhluk hidup. Para ilmuan menggunakan kemiripan morfologi dan genetik untuk mengelompokkan bentuk-bentuk kehidupan berdasarkan hubungan leluhur. Sebagai contoh, orangutan, gorila, simpanse, dan manusia, termasuk dalam kelompok taksonomi familia yang sama (Hominidae). Hewan-hewan ini dikelompokkan bersama karena kemiripan pada morfologi (disebut homologi) yang berasal dari nenek moyang bersama.
Bukti kuat evolusi datang dari analisis homologi struktur, yaitu struktur pada spesies berbeda yang fungsinya juga berbeda namun memiliki struktur yang mirip. Contohnya adalah tangan dan kaki mamalia. Tangan manusia, kaki depan kucing, sirip ikan paus, dan sayap kelelawar memiliki struktur tulang yang sama, namun masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Jenis tulang yang membentuk sayap pada burung juga membentuk sirip pada ikan paus. Teori evolusi menjelaskan homologi struktur ini, yaitu bahwa keempat hewan ini memiliki nenek moyang bersama, dan masing-masing telah mengalami perubahan selama beberapa generasi. Perubahan pada struktur telah menghasilkan organ lambai depan (forelimb) yang diadaptasikan untuk tugas-tugas yang berbeda.
b. Embriologi
Pada beberapa kasus, perbandingan anatomi struktur embrio dari dua atau lebih spesies dapat memberikan bukti nenek moyang bersama yang tidak dapat terlihat pada bentuk struktur dewasa. Seiring dengan berkembangnya embrio, homologi tersebut akan menghilang dan strukturnya akan memiliki fungsi yang berbeda. Salah satu dasar klasifikasi kelompok vertebrata (termasuk pula manusia) adalah keberadaan ekor dan celah faringal. Kedua struktur tersebut tampak pada perkembangan embrio namun pada bentuk dewasa tidaklah selalu jelas.
Karena kemiripan morfologi yang ada pada embrio spesies yang berbeda semasa perkembangannya, pernah diasumsikan bahwa organisme mengulangi sejarah evolusi spesies tersebut pada tahap embrio. Diperkirakan bahwa embrio manusia menjalani tahap amfibi dan kemudian reptil sebelum menyelesaikan perkembangan mamalia. Pengulangan tersebut, sering disebut teori rekapitulasi, tidaklah memiliki dasar-dasar ilmiah. Apa yang sebenarnya terjadi adalah tahap awal perkembangan embrio sekelompok organisme yang berkerabat adalah mirip satu sama lainnya. Pada tahap perkembangan embrio yang paling awal, semua vertebrata tampak sangat mirip, namun ia sama sekali tidak mirip dengan spesies leluhur terdahulu. Seiring dengan berlanjutnya perkembangan embrio, beberapa organ spesifik muncul dari bentuk dasar ini.
c. Struktur vestigial
Homologi juga melibatkan sekelompok struktur tubuh yang unik yang dikenal sebagai struktur vestigial. Vestigial merujuk pada bagian anatomi hewan yang memiliki fungsi minimal ataupun sama sekali tidak berfungsi. Struktur tanpa guna ini merupakan sisa-sisa organ tubuh leluhur yang pernah berfungsi. Misalnya pada ikan paus, paus memiliki tulang vestigial yang tampak seperti sisa tulang kaki leluhur paus yang berjalan di daratan. Manusia juga memiliki struktur vestigial, meliputi otot telinga, gigi bungsu, umbai cacing, tulang ekor, bulu badan (termasuk pula cutis anserina), dan lipatan Plica semilunaris pada sudut mata.
d. Evolusi konvergen
Gambar (4) & (5) Sayap burung dan sayap kelelawar
Kelelawar adalah mamalia dan tulang lengan depannya diadaptasikan untuk terbang. Perbandingan anatomi kadang-kadang dapat menyesatkan kesimpulan karena tidak semua kemiripan anatomi mengindikasikan hubungan dekat. Organisme yang berada dalam lingkungan yang mirip seringkali akan mengembangkan struktur fisik yang mirip pula. Proses evolusi ini disebut sebagai evolusi konvergen. Baik hiu dan lumba-lumba memiliki bentuk tubuh yang mirip, namun mereka hanyalah berkerabat jauh. Hiu adalah ikan, sedangkan lumba-lumba adalah mamalia. Kemiripan ini diakibatkan oleh lingkungan yang mirip. Pada kedua kelompok hewan tersebut, perubahan yang membantu proses berenang difavoritkan, sehingga sejalan dengan waktu, keduanya akan mengembangkan struktur morfologi penampilan yang mirip, walaupun keduanya tidak berkerabat dekat.
3. Biologi molekuler
Setiap organisme hidup (terkecuali virus RNA) mengandung molekul DNA yang membawa informasi genetik. Gen adalah untaian DNA yang membawa informasi dan mempengaruhi sifat dan ciri organisme. Gen menentukan penampilan umum suatu individu dan secara terbatas mempengaruhi perilakunya. Jika dua organisme berkerabat dekat, DNA-nya akan sangat mirip. Di sisi lain, dua organisme yang berkerabat jauh akan memiliki perbedaan DNA yang lebih besar Sebagai contoh, dua orang bersaudara memiliki hubungan yang lebih dekat dan DNA yang lebih mirip daripada dua orang sepupu. Kemiripan pada DNA biasanya menentukan hubungan antar spesies sama seperti ia menunjukkan hubungan antar individu. Sebagai contoh, perbandingan DNA gorila, simpanse, dan manusia menunjukkan 96% kemiripan DNA antara manusia dengan simpanse. Perbandingan ini mengindikasikan bahwa manusia dan simpanse lebih berkerabat dekat terhadap satu sama lainnya daripada terhadap gorila.
Bidang sistematika molekuler memfokuskan pada pengukuran kemiripan pada molekul DNA dan menggunakan informasi ini untuk menentukan seberapa jauh kedua organisme berkerabat melalui evolusi. Perbandingan ini mengijinkan para ahli biologi membangun "pohon hubungan" evolusi kehidupan yang ada di Bumi. Perbandingan ini bahkan dapat mengijinkan para ilmuwan menyingkap hubungan antar organisme yang leluhurnya telah hidup sangat lama sedemikiannya tiada kemiripan yang terpantau pada organisme sekarang.
ANALISIS
Banyak bukti-bukti yang membuktikan terjadinya proses evolusi di bumi ini yang dicetuskan oleh para ahli evolusi. Sehinnga seharusnya proses evolusi tidak lagi bisa terbantahkan lagi tetapi pada kenyataannya sering terjadi perdebatan yang membahas adanya proses evolusi tersebut. Bukti-bukti ini antara lain adalah catatan fosil, homologi struktur, dan persamaan molekuler DNA antar spesies. Ketiga bukti tersebut merupakan bukti yang kuat terhadap adanya proses evolusi. Fosil memberikan bukti bahwa perubahan yang berakumulasi pada organisme dalam periode waktu yang lama telah mengakibatkan keanekaragaman bentuk-bentuk kehidupan yang kita lihat sekarang. Fosil menyingkap struktur organisme dan hubungan antara spesies sekarang dengan spesies yang telah punah. Bukti kuat evolusi datang dari analisis homologi struktur, yaitu struktur pada spesies berbeda yang fungsinya juga berbeda namun memiliki struktur yang mirip. Jika dua organisme berkerabat dekat, DNA-nya akan sangat mirip. Di sisi lain, dua organisme yang berkerabat jauh akan memiliki perbedaan DNA yang lebih besar
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengenalan_evolusi, diakses pada tanggal 12 april 2010
http://agorsiloku.wordpress.com/2006/06/26/bukti-kebenaran-teori-evolusi/, diakses pada tanggal 12 april 2010
Jumat, 07 Mei 2010
MENGAPA ULAR TAK BERKAKI????
BAB I
PENDAHULUAN
Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Hal ini dibuktikan dengan keberadaannya sampai saat ini sebagai salah satu makhluk hidup yang mampu bertahan dengan kondisi lingkungannya sehingga mampu melestarikan keturunannya dalam jumlah yang melimpah. Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Akan tetapi apabila dijumpai kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) karakter ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan. Oleh sebab itu, para ilmuwan berusaha meneliti terkait dengan asal usul ular, cara berjalan yang khas, habitat awal, terjadinya evolusi serta bentuk pertahanan dirinya untuk menjaga kelangsungan hidup hingga saat ini. Data otentik mengenai penelitian ini adalah bahwa telah ditemukan fosil ular dengan sebuah sacrum, yakni sejenis tulang yang mendukung bagian pinggulnya. Bagian tubuh ini diduga sepasang kaki mirip yang dijumpai pada kadal, hanya bedanya kadal memiliki empat kaki..Endapan di sekitar fosil juga berada di daratan sehingga fosil-fosilnya mungkin tidak terlalu lengkap. Karena fosil hewan-hewan purba dari masa permulaan lebih terjaga di lingkungan laut. Sebuah fosil hewan terkunci di batu gamping Libanon telah terbukti menjadi penemuan yang sangat berharga, yaitu ular dengan dua kaki.
Fenomena cara ular berjalan dan asal usulnya menjadi topik perdebatan yang kontroversial bagi para ilmuwan, terlebih setelah ditemukannya fosil-fosil ular purba yang diduga memiliki kaki dan sacrum serta berbagai organ yang selanjutnya mengalami reduksi dan tidak ditemukan pada organisme ular masa sekarang. Berangkat dari permasalahan tersebut, kami menyusun makalah ini untuk memberikan informasi, penjelasan dan gambaran mengenai profil, sejarah perkembangan dan evolusi ular. Semoga bermanfaat!
BAB II
ISI
A. Habitat dan Makanan
Ular memiliki habitat di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan. Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tak pernah menginjak tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Sementara sebagian yang lain hidup akuatik atau semi-akuatik di sungai-sungai, rawa, danau dan laut.
Ular memangsa berbagai jenis hewan lebih kecil dari tubuhnya. Ular-ular perairan memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan. Ular pohon dan ular darat memangsa burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil yang lain, termasuk telur-telurnya. Ular-ular besar seperti ular sanca kembang dapat memangsa kambing, kijang, rusa dan bahkan manusia.
Gambar 1 dan 2 : Ular yang berkelana di pepohonan dan ular sedang memakan mangsanya
B. Kebiasaan dan Reproduksi
Ular memakan mangsanya bulat-bulat; artinya, tanpa dikunyah menjadi keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan hanya untuk memegang mangsanya agar tidak mudah terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan mangsa dengan kepalanya lebih dahulu.
Beberapa jenis ular, seperti sanca dan ular tikus, membunuh mangsa dengan cara melilitnya hingga tak bisa bernapas. Ular-ular berbisa membunuh mangsa dengan bisanya, yang dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung (neurotoksin), atau yang dapat merusak peredaran darah (haemotoksin), dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melalui gigitan ular itu biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan makanan itu apabila telah ditelan. Untuk menghangatkan tubuh dan juga untuk membantu kelancaran pencernaan, ular kerap kali perlu berjemur (basking) di bawah sinar matahari.
Pada umumnya ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telur dapat hanya beberapa butir, hingga puluhan bahkan ratusan. Ular meletakkan telurnya pada lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas; bahkan ular sanca ‘mengerami’ telur-telurnya. Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut ‘melahirkan’ anak. Sebetulnya tidak melahirkan seperti halnya mamalia, melainkan telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), kemudian keluar sebagai ular-ular kecil. Sejenis ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus, Ular ini memiliki bentuk mirip cacing kecil dan diduga mampu bertelur dan berbiak tanpa ular jantan (partenogenesis).
C. Macam-macam Ular
Terdapat dua kelompok ular, yaitu ular berbisa dan ular yang tidak berbisa.
Ular-ular primitif, seperti ular kawat, ular karung, ular kepala dua, dan ular sanca, tidak berbisa. Ular-ular yang berbisa pada umumnya termasuk suku Colubridae, akan tetapi pada umumnya memiliki bisa yang sifatnya lemah, sedangkan ular-ular yang berbisa kuat di Indonesia biasanya termasuk ke dalam salah satu suku ular berikut: Elapidae (ular sendok, ular belang, ular cabai, dll.), Hydrophiidae (ular-ular laut), dan Viperidae (ular tanah, ular bangkai laut, ular bandotan).
Berikut ni adalah beberapa jenis ular, antara lain :
• suku Typhlopidae
o ular kawat (Rhamphotyphlops braminus)
• suku Cylindrophiidae
o ular kepala-dua (Cylindrophis ruffus)
• suku Pythonidae
o ular sanca kembang (Python reticulatus)
o ular peraca (P. curtus)
o ular sanca hijau. (Morelia viridis')
• suku Acrochordidae
o ular karung (Acrochordus javanicus)
• suku Xenopeltidae
o ular pelangi (Xenopeltis unicolor)
• suku Colubridae
Ular kisik atau ular lare angon, Xenochrophis vittatus
o ular siput (Pareas carinatus)
o ular-air pelangi (Enhydris enhydris)
o ular kadut belang (Homalopsis buccata)
o ular cecak (Lycodon capucinus)
o ular gadung (Ahaetulla prasina)
o ular cincin mas (Boiga dendrophila)
o ular terbang (Chrysopelea paradisi)
o ular tambang (Dendrelaphis pictus)
o ular birang (Oligodon octolineatus)
o ular tikus atau ular jali (Ptyas korros)
o ular babi (Elaphe flavolineata)
o ular serasah (Sibynophis geminatus)
o ular sapi (Zaocys carinatus)
o ular picung (Rhabdophis subminiata)
o ular kisik (Xenochrophis vittatus)
• suku Elapidae
o ular cabai (Maticora intestinalis)
o ular weling (Bungarus candidus)
o ular sendok (Naja spp.)
o ular king-cobra (Ophiophagus hannah)
• suku Viperidae
o ular bandotan puspo (Vipera russelli)
o ular tanah (Calloselasma rhodostoma)
o ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris)
D. Evolusi ular
Sebuah fosil yang ditemukan di Argentina diprediksi sebagai ular paling primitif yang pernah ditemukan. Berdasarkan susunan anatominya, fosil ini memperlihatkan bahwa semasa hidup ular menghuni daratan. Ini terbukti dengan adanya dua kaki. Selama ini, ilmuwan meyakini bahwa ular awalnya adalah hewan menyerupai kadal berkaki empat yang mengalami evolusi sehingga kehilangan keempat kakinya. Namun, ada juga kalangan ilmuwan yang beranggapan bahwa nenek moyang kadal pada dasarnya adalah hewan air.
Temuan baru ini berupa fosil hewan mirip ular yang digali di daerah Patagonia. Usia ular tersebut diperkirakan sekitar 90 juta tahun. Ini merupakan fosil ular pertama yang ditemukan dengan sacrum, komponen bertulang yang menahan tulang panggul. Tulang tersebut lambat laun hilang pada kadal yang berkembang menjadi ular. Mungkin ini fosil ular tertua karena satu-satunya yang masih memiliki sacrum.
Ilmuwan telah menemukan fosil ular dengan sebuah sacrum, yakni sejenis tulang yang mendukung bagian pinggulnya. Bagian tubuh ini diduga sepasang kaki mirip yang dijumpai pada kadal, hanya bedanya kadal memiliki empat kaki.
Kedua kaki itu kemungkinan besar berfungsi sebagai alat penggali tanah karena mereka hidup di atas dan di dalam tanah sekaligus. Endapan di sekitar fosil juga berada di daratan. Jadi, jika ular tertua hidup di darat, berarti ular memang berkembang di darat. Jika ular berkembang di darat dan bukannya di laut, fosil-fosilnya mungkin tidak terlalu lengkap. Sebab, fosil hewan-hewan purba dari masa permulaan lebih terjaga di lingkungan laut.
Walau ular primitif memiliki dua kaki, hewan tersebut tetap melata seperti ular modern yang dikenal saat ini. Ular bahkan mempergunakan dua kakinya hanya pada saat tertentu saja apabila memang diperlukan. Fosil ular ini diberi nama Najash rionegrina. Nama ini berasal dari bahasa Ibrani yang berarti ular, digabungkan dengan nama tempat Rio Negro, lokasi di mana fosil itu digali.
Jack Conrad, ilmuwan dari American Museum of Natural History, New York, berpendapat bahwa fosil ini dapat menjadi petunjuk mengenai asal usul ular, bagaimana mereka berevolusi, dan banyak lagi.
Gambar ular berkaki
Selain bukti di atas, seekor ular berkaki juga ditemukan di rumah Dean Qiongxiu di wilayah Suining, barat daya China. Ular tersebut memiliki sebuah kaki yang juga dilengkapi dengan kuku. Ular berkaki itu memiliki panjang sekitar 16 inci dan pada kakinya terdapat empat jari kecil.
Bukti yang ketiga sebuah fosil hewan terkunci di batu gamping Libanon telah terbukti menjadi penemuan yang sangat berharga mengenai ular dengan dua kaki. Fosil tersebut memilih tubuh memanjang sekitar 85 centimeter. Para ilmuwan memberinya nama spesies Eupodophis descouensi. Hewan ini diperkirakan hidup di Zaman Cretaceous, sekitar 92 juta tahun lalu. Fosil yang ditemukan di daerah al Nammoura, Lebanon tahun 2000 itu tidak dalam kondisi utuh. Sebagian ruas tulang belakangnya telah hilang. Selain itu, bagian ekor juga telah terpisah dan berada di dekat kepalanya.
Menurut para ahli adanya tulang-tulang kemungkinan besar menyusun salah satu kaki belakangnya. Tulang-tulang tersebut hanya sepanjang 2 centimeter dan diperkirakan tidak digunakan untuk berjalan. Dengan pemindai sinar-X, para peneliti dari European Light Source (ESRF) di Grenoble, Prancis bahkan dapat melihat kaki pasangannya yang tak terlihat di balik batu.
Cara Ular Bergerak
• Serpentin (Serpentine) ular bergerak maju dalam kurva berbentuk huruf “S” dengan sisi-sisi tubuh mendorong permukaan tanah yang tidak rata. Gerakan ini biasanya dilakukan di tanah maupun di air. Di air gerakan ini mudah dilakukan karena kontraksi nya dapat mendorong air terus menerus, sedangkan di tanah gerakan ini di bantu oleh kontur tanah maupun bebatuan.
• Konsertina (Concertina) ular memendekkan dan memanjangkan tubuhnya dengan ekor menambatkan tubuh. Gerakan ini biasanya di lakukan di permukaan yang datar, juga di gunakan oleh ular untuk memanjat.
• Linier (Caterpillar) ini merupakan pergerakan ular yang lambat dengan menggunakan gelombang kontraksi otot menggerakkan tubuh ular ke depan dengan sisik-sisik perut mencengkram tanah
• Menyamping (Sidewinding) kepala ular bergerak ke samping dan maju, diikuti bagian tubuh lainnya dengan jejak berbentuk batang yang jelas.
Lamarck merupakan salah satu tokoh evolusi yang menjelaskan mekanisme evolusi ular, bagaimana ular yang semula berkaki namun evolusi menjadi ular modern yang tidak berkaki. Adapun teori Lamarck adalah sebagai berikut :
Bahwa di bumi ini mula-mula timbul makluk hidup yang sederhana, yang mungkin berasal dari benda-benda mati (dengan jalan Generatio Spontanea), akan tetapi dari makluk yang sederhana ini kemudian dalam tempo yang panjang sekali timbullah jenis-jenis makluk yang hidup sampai sekarang, tanpa ada penghentian jalannya kehidupan seperti yang dimaksudkan dalam cerita kiamat dari kitab Injil ataupun teori bencana menurut Cuvier. Teori evolusi menganggap bahwa hewan bersela satu sebagai permulaan evolusi dan menganggap manusia sebagai akhir evolusi.
Diantara sebab-sebab yang menyelenggarakan perubahan-perubahan dan penyempurnaan tubuh makluk hidup, Lammarck mengemukakan bahwa pentingnya mempergunakan dan tidak mempergunakan alat tubuh tertentu. Kalau sebuah alat tubuh sering digunakan maka ia akan tumbuh sempurna dan bila ia jarang digunakan ataupun tidak digunakan sama sekali maka ia akan terbelakang tumbuhnya, sedang tiap-tiap perubahan yang dialami oleh individu itu selama masa hidupnya kelak akan diturunkan kepada keturunanya, sehingga kelak sifat itu tampak sempurna pada keturunannya.
Lammarck memberi contoh Ular adalah binatang yang mempunyai kebiasaan untuk merangkak/merayap dengan cepat masuk ke dalam tanah, kalau mereka mau bersembunyi. Kaki-kaki yang panjang malah merugikan untuk merangkak dan bersembunyi di dalam tanah dan keberadaan kaki tersebut justru merintangi gerakan. Jadi kebiasaan bergerak dari ular menyebabkan lenyapnya kaki-kaki pada tubuhnya sendiri. Selain hal ini karena kebutuhannya, ular terpaksa merayap diatas batang, sehingga kaki jarang digunakan sebab mereka harus melata. Akhirnya dalam waktu yang sangat lama, kaki yang tidak digunakan menghilang dan tubuh memanjang.
Gambar ular berkaki dan ular tidak berkaki
BAB III
PENUTUP
Ilmuwan meyakini bahwa ular awalnya adalah hewan menyerupai kadal berkaki empat yang mengalami evolusi sehingga kehilangan keempat kakinya. Ilmuwan telah menemukan fosil ular dengan sebuah sacrum, yakni sejenis tulang yang mendukung bagian pinggulnya. Bagian tubuh ini diduga sepasang kaki mirip yang dijumpai pada kadal. Kedua kaki itu kemungkinan besar berfungsi sebagai alat penggali tanah karena mereka hidup di atas dan di dalam tanah sekaligus.
Walau ular primitif memiliki dua kaki, hewan tersebut tetap melata seperti ular modern yang dikenal saat ini. Ular bahkan mempergunakan dua kakinya hanya pada saat tertentu saja apabila memang diperlukan. Fosil ular ini diberi nama Najash rionegrina. Selain fosil ini juga ditemukan fosil yang memiliki sebuah kaki yang juga dilengkapi dengan kuku. Bukti yang ketiga sebuah fosil ular berkai dua di libanon. Para ilmuwan memberinya nama spesies Eupodophis descouensi. Hewan ini diperkirakan hidup di Zaman Cretaceous, sekitar 92 juta tahun lalu.
Lamarck merupakan salah satu tokoh evolusi yang menjelaskan mekanisme evolusi ular, bagaimana ular yang semula berkaki namun evolusi menjadi ular modern yang tidak berkaki. Lammarck memberi contoh Ular adalah binatang yang mempunyai kebiasaan untuk merangkak/merayap dengan cepat masuk ke dalam tanah, kalau mereka mau bersembunyi. Kaki-kaki yang panjang malah merugikan untuk merangkak dan bersembunyi di dalam tanah dan keberadaan kaki tersebut justru merintangi gerakan. Jadi kebiasaan bergerak dari ular menyebabkan lenyapnya kaki-kaki pada tubuhnya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Ular
http://techno.okezone.com/read/2009/09/15/56/257757/ular-berkaki-ditemukan-di-china
http://richarddawkins.net/articles/2464
http://www.answersingenesis.org/articles/2010/01/26/satan-the-fall-good-evil-did-serpent-have-legs
http://www.acehforum.or.id/nenek-moyang-ular-t1412.html?s=c2e67085730f74f3b3da0edf63c6fff4&p=6520
http://mbahware.blogspot.com/2009/10/ular-purba.html
http://faktaevolusi.blogspot.com/2010/04/ular-purba-hidup-di-madagaskar.html
http://azman83.multiply.com/journal/item/31
http://djulianto-sinarharapan.blogspot.com/2009/03/fosil-ular-primitif-memancing-debat.html
http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2007/05/31/brk,20070531-101157,id.html
http://berita-iptek.blogspot.com/2009/02/cara-ular-bergerak.html
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/27/perkembangan-teori-evolusi/
http://www.antaranews.com/berita/1268623103/cara-ular-melihat-pada-malam-hari
http://www.indofamily.net/pets/index.php?option=com_content&task=view&id=216&Itemid=55
http://www.slideshare.net/iwanpalembang/bab-iv-teori-evolusi-d
http://news.bbc.co.uk/1/hi/sci/tech/3023685.stm
PENDAHULUAN
Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Hal ini dibuktikan dengan keberadaannya sampai saat ini sebagai salah satu makhluk hidup yang mampu bertahan dengan kondisi lingkungannya sehingga mampu melestarikan keturunannya dalam jumlah yang melimpah. Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Akan tetapi apabila dijumpai kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) karakter ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan. Oleh sebab itu, para ilmuwan berusaha meneliti terkait dengan asal usul ular, cara berjalan yang khas, habitat awal, terjadinya evolusi serta bentuk pertahanan dirinya untuk menjaga kelangsungan hidup hingga saat ini. Data otentik mengenai penelitian ini adalah bahwa telah ditemukan fosil ular dengan sebuah sacrum, yakni sejenis tulang yang mendukung bagian pinggulnya. Bagian tubuh ini diduga sepasang kaki mirip yang dijumpai pada kadal, hanya bedanya kadal memiliki empat kaki..Endapan di sekitar fosil juga berada di daratan sehingga fosil-fosilnya mungkin tidak terlalu lengkap. Karena fosil hewan-hewan purba dari masa permulaan lebih terjaga di lingkungan laut. Sebuah fosil hewan terkunci di batu gamping Libanon telah terbukti menjadi penemuan yang sangat berharga, yaitu ular dengan dua kaki.
Fenomena cara ular berjalan dan asal usulnya menjadi topik perdebatan yang kontroversial bagi para ilmuwan, terlebih setelah ditemukannya fosil-fosil ular purba yang diduga memiliki kaki dan sacrum serta berbagai organ yang selanjutnya mengalami reduksi dan tidak ditemukan pada organisme ular masa sekarang. Berangkat dari permasalahan tersebut, kami menyusun makalah ini untuk memberikan informasi, penjelasan dan gambaran mengenai profil, sejarah perkembangan dan evolusi ular. Semoga bermanfaat!
BAB II
ISI
A. Habitat dan Makanan
Ular memiliki habitat di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan. Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tak pernah menginjak tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Sementara sebagian yang lain hidup akuatik atau semi-akuatik di sungai-sungai, rawa, danau dan laut.
Ular memangsa berbagai jenis hewan lebih kecil dari tubuhnya. Ular-ular perairan memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan. Ular pohon dan ular darat memangsa burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil yang lain, termasuk telur-telurnya. Ular-ular besar seperti ular sanca kembang dapat memangsa kambing, kijang, rusa dan bahkan manusia.
Gambar 1 dan 2 : Ular yang berkelana di pepohonan dan ular sedang memakan mangsanya
B. Kebiasaan dan Reproduksi
Ular memakan mangsanya bulat-bulat; artinya, tanpa dikunyah menjadi keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan hanya untuk memegang mangsanya agar tidak mudah terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan mangsa dengan kepalanya lebih dahulu.
Beberapa jenis ular, seperti sanca dan ular tikus, membunuh mangsa dengan cara melilitnya hingga tak bisa bernapas. Ular-ular berbisa membunuh mangsa dengan bisanya, yang dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung (neurotoksin), atau yang dapat merusak peredaran darah (haemotoksin), dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melalui gigitan ular itu biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan makanan itu apabila telah ditelan. Untuk menghangatkan tubuh dan juga untuk membantu kelancaran pencernaan, ular kerap kali perlu berjemur (basking) di bawah sinar matahari.
Pada umumnya ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telur dapat hanya beberapa butir, hingga puluhan bahkan ratusan. Ular meletakkan telurnya pada lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas; bahkan ular sanca ‘mengerami’ telur-telurnya. Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut ‘melahirkan’ anak. Sebetulnya tidak melahirkan seperti halnya mamalia, melainkan telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), kemudian keluar sebagai ular-ular kecil. Sejenis ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus, Ular ini memiliki bentuk mirip cacing kecil dan diduga mampu bertelur dan berbiak tanpa ular jantan (partenogenesis).
C. Macam-macam Ular
Terdapat dua kelompok ular, yaitu ular berbisa dan ular yang tidak berbisa.
Ular-ular primitif, seperti ular kawat, ular karung, ular kepala dua, dan ular sanca, tidak berbisa. Ular-ular yang berbisa pada umumnya termasuk suku Colubridae, akan tetapi pada umumnya memiliki bisa yang sifatnya lemah, sedangkan ular-ular yang berbisa kuat di Indonesia biasanya termasuk ke dalam salah satu suku ular berikut: Elapidae (ular sendok, ular belang, ular cabai, dll.), Hydrophiidae (ular-ular laut), dan Viperidae (ular tanah, ular bangkai laut, ular bandotan).
Berikut ni adalah beberapa jenis ular, antara lain :
• suku Typhlopidae
o ular kawat (Rhamphotyphlops braminus)
• suku Cylindrophiidae
o ular kepala-dua (Cylindrophis ruffus)
• suku Pythonidae
o ular sanca kembang (Python reticulatus)
o ular peraca (P. curtus)
o ular sanca hijau. (Morelia viridis')
• suku Acrochordidae
o ular karung (Acrochordus javanicus)
• suku Xenopeltidae
o ular pelangi (Xenopeltis unicolor)
• suku Colubridae
Ular kisik atau ular lare angon, Xenochrophis vittatus
o ular siput (Pareas carinatus)
o ular-air pelangi (Enhydris enhydris)
o ular kadut belang (Homalopsis buccata)
o ular cecak (Lycodon capucinus)
o ular gadung (Ahaetulla prasina)
o ular cincin mas (Boiga dendrophila)
o ular terbang (Chrysopelea paradisi)
o ular tambang (Dendrelaphis pictus)
o ular birang (Oligodon octolineatus)
o ular tikus atau ular jali (Ptyas korros)
o ular babi (Elaphe flavolineata)
o ular serasah (Sibynophis geminatus)
o ular sapi (Zaocys carinatus)
o ular picung (Rhabdophis subminiata)
o ular kisik (Xenochrophis vittatus)
• suku Elapidae
o ular cabai (Maticora intestinalis)
o ular weling (Bungarus candidus)
o ular sendok (Naja spp.)
o ular king-cobra (Ophiophagus hannah)
• suku Viperidae
o ular bandotan puspo (Vipera russelli)
o ular tanah (Calloselasma rhodostoma)
o ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris)
D. Evolusi ular
Sebuah fosil yang ditemukan di Argentina diprediksi sebagai ular paling primitif yang pernah ditemukan. Berdasarkan susunan anatominya, fosil ini memperlihatkan bahwa semasa hidup ular menghuni daratan. Ini terbukti dengan adanya dua kaki. Selama ini, ilmuwan meyakini bahwa ular awalnya adalah hewan menyerupai kadal berkaki empat yang mengalami evolusi sehingga kehilangan keempat kakinya. Namun, ada juga kalangan ilmuwan yang beranggapan bahwa nenek moyang kadal pada dasarnya adalah hewan air.
Temuan baru ini berupa fosil hewan mirip ular yang digali di daerah Patagonia. Usia ular tersebut diperkirakan sekitar 90 juta tahun. Ini merupakan fosil ular pertama yang ditemukan dengan sacrum, komponen bertulang yang menahan tulang panggul. Tulang tersebut lambat laun hilang pada kadal yang berkembang menjadi ular. Mungkin ini fosil ular tertua karena satu-satunya yang masih memiliki sacrum.
Ilmuwan telah menemukan fosil ular dengan sebuah sacrum, yakni sejenis tulang yang mendukung bagian pinggulnya. Bagian tubuh ini diduga sepasang kaki mirip yang dijumpai pada kadal, hanya bedanya kadal memiliki empat kaki.
Kedua kaki itu kemungkinan besar berfungsi sebagai alat penggali tanah karena mereka hidup di atas dan di dalam tanah sekaligus. Endapan di sekitar fosil juga berada di daratan. Jadi, jika ular tertua hidup di darat, berarti ular memang berkembang di darat. Jika ular berkembang di darat dan bukannya di laut, fosil-fosilnya mungkin tidak terlalu lengkap. Sebab, fosil hewan-hewan purba dari masa permulaan lebih terjaga di lingkungan laut.
Walau ular primitif memiliki dua kaki, hewan tersebut tetap melata seperti ular modern yang dikenal saat ini. Ular bahkan mempergunakan dua kakinya hanya pada saat tertentu saja apabila memang diperlukan. Fosil ular ini diberi nama Najash rionegrina. Nama ini berasal dari bahasa Ibrani yang berarti ular, digabungkan dengan nama tempat Rio Negro, lokasi di mana fosil itu digali.
Jack Conrad, ilmuwan dari American Museum of Natural History, New York, berpendapat bahwa fosil ini dapat menjadi petunjuk mengenai asal usul ular, bagaimana mereka berevolusi, dan banyak lagi.
Gambar ular berkaki
Selain bukti di atas, seekor ular berkaki juga ditemukan di rumah Dean Qiongxiu di wilayah Suining, barat daya China. Ular tersebut memiliki sebuah kaki yang juga dilengkapi dengan kuku. Ular berkaki itu memiliki panjang sekitar 16 inci dan pada kakinya terdapat empat jari kecil.
Bukti yang ketiga sebuah fosil hewan terkunci di batu gamping Libanon telah terbukti menjadi penemuan yang sangat berharga mengenai ular dengan dua kaki. Fosil tersebut memilih tubuh memanjang sekitar 85 centimeter. Para ilmuwan memberinya nama spesies Eupodophis descouensi. Hewan ini diperkirakan hidup di Zaman Cretaceous, sekitar 92 juta tahun lalu. Fosil yang ditemukan di daerah al Nammoura, Lebanon tahun 2000 itu tidak dalam kondisi utuh. Sebagian ruas tulang belakangnya telah hilang. Selain itu, bagian ekor juga telah terpisah dan berada di dekat kepalanya.
Menurut para ahli adanya tulang-tulang kemungkinan besar menyusun salah satu kaki belakangnya. Tulang-tulang tersebut hanya sepanjang 2 centimeter dan diperkirakan tidak digunakan untuk berjalan. Dengan pemindai sinar-X, para peneliti dari European Light Source (ESRF) di Grenoble, Prancis bahkan dapat melihat kaki pasangannya yang tak terlihat di balik batu.
Cara Ular Bergerak
• Serpentin (Serpentine) ular bergerak maju dalam kurva berbentuk huruf “S” dengan sisi-sisi tubuh mendorong permukaan tanah yang tidak rata. Gerakan ini biasanya dilakukan di tanah maupun di air. Di air gerakan ini mudah dilakukan karena kontraksi nya dapat mendorong air terus menerus, sedangkan di tanah gerakan ini di bantu oleh kontur tanah maupun bebatuan.
• Konsertina (Concertina) ular memendekkan dan memanjangkan tubuhnya dengan ekor menambatkan tubuh. Gerakan ini biasanya di lakukan di permukaan yang datar, juga di gunakan oleh ular untuk memanjat.
• Linier (Caterpillar) ini merupakan pergerakan ular yang lambat dengan menggunakan gelombang kontraksi otot menggerakkan tubuh ular ke depan dengan sisik-sisik perut mencengkram tanah
• Menyamping (Sidewinding) kepala ular bergerak ke samping dan maju, diikuti bagian tubuh lainnya dengan jejak berbentuk batang yang jelas.
Lamarck merupakan salah satu tokoh evolusi yang menjelaskan mekanisme evolusi ular, bagaimana ular yang semula berkaki namun evolusi menjadi ular modern yang tidak berkaki. Adapun teori Lamarck adalah sebagai berikut :
Bahwa di bumi ini mula-mula timbul makluk hidup yang sederhana, yang mungkin berasal dari benda-benda mati (dengan jalan Generatio Spontanea), akan tetapi dari makluk yang sederhana ini kemudian dalam tempo yang panjang sekali timbullah jenis-jenis makluk yang hidup sampai sekarang, tanpa ada penghentian jalannya kehidupan seperti yang dimaksudkan dalam cerita kiamat dari kitab Injil ataupun teori bencana menurut Cuvier. Teori evolusi menganggap bahwa hewan bersela satu sebagai permulaan evolusi dan menganggap manusia sebagai akhir evolusi.
Diantara sebab-sebab yang menyelenggarakan perubahan-perubahan dan penyempurnaan tubuh makluk hidup, Lammarck mengemukakan bahwa pentingnya mempergunakan dan tidak mempergunakan alat tubuh tertentu. Kalau sebuah alat tubuh sering digunakan maka ia akan tumbuh sempurna dan bila ia jarang digunakan ataupun tidak digunakan sama sekali maka ia akan terbelakang tumbuhnya, sedang tiap-tiap perubahan yang dialami oleh individu itu selama masa hidupnya kelak akan diturunkan kepada keturunanya, sehingga kelak sifat itu tampak sempurna pada keturunannya.
Lammarck memberi contoh Ular adalah binatang yang mempunyai kebiasaan untuk merangkak/merayap dengan cepat masuk ke dalam tanah, kalau mereka mau bersembunyi. Kaki-kaki yang panjang malah merugikan untuk merangkak dan bersembunyi di dalam tanah dan keberadaan kaki tersebut justru merintangi gerakan. Jadi kebiasaan bergerak dari ular menyebabkan lenyapnya kaki-kaki pada tubuhnya sendiri. Selain hal ini karena kebutuhannya, ular terpaksa merayap diatas batang, sehingga kaki jarang digunakan sebab mereka harus melata. Akhirnya dalam waktu yang sangat lama, kaki yang tidak digunakan menghilang dan tubuh memanjang.
Gambar ular berkaki dan ular tidak berkaki
BAB III
PENUTUP
Ilmuwan meyakini bahwa ular awalnya adalah hewan menyerupai kadal berkaki empat yang mengalami evolusi sehingga kehilangan keempat kakinya. Ilmuwan telah menemukan fosil ular dengan sebuah sacrum, yakni sejenis tulang yang mendukung bagian pinggulnya. Bagian tubuh ini diduga sepasang kaki mirip yang dijumpai pada kadal. Kedua kaki itu kemungkinan besar berfungsi sebagai alat penggali tanah karena mereka hidup di atas dan di dalam tanah sekaligus.
Walau ular primitif memiliki dua kaki, hewan tersebut tetap melata seperti ular modern yang dikenal saat ini. Ular bahkan mempergunakan dua kakinya hanya pada saat tertentu saja apabila memang diperlukan. Fosil ular ini diberi nama Najash rionegrina. Selain fosil ini juga ditemukan fosil yang memiliki sebuah kaki yang juga dilengkapi dengan kuku. Bukti yang ketiga sebuah fosil ular berkai dua di libanon. Para ilmuwan memberinya nama spesies Eupodophis descouensi. Hewan ini diperkirakan hidup di Zaman Cretaceous, sekitar 92 juta tahun lalu.
Lamarck merupakan salah satu tokoh evolusi yang menjelaskan mekanisme evolusi ular, bagaimana ular yang semula berkaki namun evolusi menjadi ular modern yang tidak berkaki. Lammarck memberi contoh Ular adalah binatang yang mempunyai kebiasaan untuk merangkak/merayap dengan cepat masuk ke dalam tanah, kalau mereka mau bersembunyi. Kaki-kaki yang panjang malah merugikan untuk merangkak dan bersembunyi di dalam tanah dan keberadaan kaki tersebut justru merintangi gerakan. Jadi kebiasaan bergerak dari ular menyebabkan lenyapnya kaki-kaki pada tubuhnya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Ular
http://techno.okezone.com/read/2009/09/15/56/257757/ular-berkaki-ditemukan-di-china
http://richarddawkins.net/articles/2464
http://www.answersingenesis.org/articles/2010/01/26/satan-the-fall-good-evil-did-serpent-have-legs
http://www.acehforum.or.id/nenek-moyang-ular-t1412.html?s=c2e67085730f74f3b3da0edf63c6fff4&p=6520
http://mbahware.blogspot.com/2009/10/ular-purba.html
http://faktaevolusi.blogspot.com/2010/04/ular-purba-hidup-di-madagaskar.html
http://azman83.multiply.com/journal/item/31
http://djulianto-sinarharapan.blogspot.com/2009/03/fosil-ular-primitif-memancing-debat.html
http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2007/05/31/brk,20070531-101157,id.html
http://berita-iptek.blogspot.com/2009/02/cara-ular-bergerak.html
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/27/perkembangan-teori-evolusi/
http://www.antaranews.com/berita/1268623103/cara-ular-melihat-pada-malam-hari
http://www.indofamily.net/pets/index.php?option=com_content&task=view&id=216&Itemid=55
http://www.slideshare.net/iwanpalembang/bab-iv-teori-evolusi-d
http://news.bbc.co.uk/1/hi/sci/tech/3023685.stm
EVOLUSI
MAKHLUK AUTOTROF ATAU HETEROTROFKAH
YANG PERTAMA ADA?
Selain tentang kejadian makhluk hidup pertama di bumi ini, juga dipertanyakan makhluk pertama tersebut autotrof atau heterotrof. Tokoh pertama yang mengemukakan bahwa makhluk hidup pertama heterotrof adalah Oparin (Rusia), Haldane (Inggris) dan Beutner (Amerika). Mereka berpendapat makhluk hidup pertama adalah heterotrof karena berada dalam lautan zat organik.
Menurut teori opurtunisme, proses perkembangan yang menuju pada pembentukkan makhluk hidup tidak dapat lepas dari perkembangan alam sekitar. Makhluk hidup dan materi pembentukkannya merupakan bagian integral dari alam sekitarnya. Proses perubahan alami mulai dari materi pembentuk makhluk hidup sampai pada makhluk hidup heterotrof sekunder diasumsikan sejalan dengan tahapan peristiwa yang terjadi di alam sekitar. Tahapan-tahapan itu adalah;
a. Tahapan pertama
Tahapan ini dimulai dari komponen atmosfer purba yang diduga terdiri atas CH4, NH3, H2, H2O dan energi alam berupa sinar matahari, baik yang dapat dilihat maupun yang yang tidak dapat dilihat. Energi tersebut diduga melimpah sampai ke permukaan bumi karena energi yang berasal dari matahari tersebut terhalang. Pada tahap ini terjadi pembentukkan senyawa kompleks.
b. Tahapan kedua
Pada tahap ini ditandai dengan adanya evolusi organik yang menghasilkan makhluk hidup heterotrof. Makhluk hidup ini berada dalam lautan zat organik yang digunakan sebag isumber energi untuk kerpeluan hidupnya. Proses pembebasan energi dilakukan melalui proses fermentasi yang menghasilkan CO2, ini berarti bahwa jumlah CO2, yang ada di atmosfer semakin bertambah.
c. Tahapan ketiga
Penambahan CO2 di atmosfer ini memberi peluang pada makhluk hidup heterotrof untuk menggunakannya sebagai bahan sintesis. Ini berarti terjadi perubahan fungsional yang memungkinkan makhluk hidup tersebut mampu mengadakan sintesis. Pada tahap ini dasar-dasar kegiatan asimilasi sudah mulai. Proses asimilasi menghasilkan O2 sehingga di atmosfer bumi mulai dijumpai O2 yang makin lama makin banyak.
d. Tahapan Keempat
Oksigen semakin banyak di atmosfer bumi memberi peluang berkembangnnya makhluk hidup yang mampu menggunakan oksigen untuk proses pembebasan oksigen dari bahan energi yang disintesis atau diakumulasikan. Hal tersebut tergantung pada apakah makhluk hidup tersebut termasuk autotrof atau heterotrof? Makhluk hidup tersebut dikenal sebagai makhluk hidup yang aerobic.
e. Tahapan kelima
Makin berkembangnya makhluk hidup autotrof mendorong timbulnya makhluk hidup yang menggunakan peluang tersebut untuk ikut memakai zat organic yang disintesis. Baik melalui bentuk kehidupan bersama yang dikenal dengan simbiosis mutualisme, komensalisme, parasitisme, pedasi, maupun yang hidup bebas di alam. Makhluk hidup tersebut selanjutnya disebut sebagai makhluk hidup heterotrof sekunder. Hal tersebut terjadi karena makhluk hidup heterotrof yang mula-mula tumbuh dari zat organic melalui evolusi biologi yang mestinya disebut makhluk hidup heterotrof primer tidak lagi berkembang atau telah punah.
Dengan demikian, makhluk hidup heterotrof hasil dari evolusi makhluk autotrof yang seharusnya disebut makhluk hidup heterotrof sekunder cukup disebut heterotrof saja. Makhluk hidup inilah yang selanjutnya berkembang hingga sekarang.
Sumber:
Fiqnie, Azra. 2009. Asal Mula Makhluk Hidup. http://azrafiqni.blogspot.com/2009_05_01_archive.html. Diakses pada tanggal 5 April 2010.
YANG PERTAMA ADA?
Selain tentang kejadian makhluk hidup pertama di bumi ini, juga dipertanyakan makhluk pertama tersebut autotrof atau heterotrof. Tokoh pertama yang mengemukakan bahwa makhluk hidup pertama heterotrof adalah Oparin (Rusia), Haldane (Inggris) dan Beutner (Amerika). Mereka berpendapat makhluk hidup pertama adalah heterotrof karena berada dalam lautan zat organik.
Menurut teori opurtunisme, proses perkembangan yang menuju pada pembentukkan makhluk hidup tidak dapat lepas dari perkembangan alam sekitar. Makhluk hidup dan materi pembentukkannya merupakan bagian integral dari alam sekitarnya. Proses perubahan alami mulai dari materi pembentuk makhluk hidup sampai pada makhluk hidup heterotrof sekunder diasumsikan sejalan dengan tahapan peristiwa yang terjadi di alam sekitar. Tahapan-tahapan itu adalah;
a. Tahapan pertama
Tahapan ini dimulai dari komponen atmosfer purba yang diduga terdiri atas CH4, NH3, H2, H2O dan energi alam berupa sinar matahari, baik yang dapat dilihat maupun yang yang tidak dapat dilihat. Energi tersebut diduga melimpah sampai ke permukaan bumi karena energi yang berasal dari matahari tersebut terhalang. Pada tahap ini terjadi pembentukkan senyawa kompleks.
b. Tahapan kedua
Pada tahap ini ditandai dengan adanya evolusi organik yang menghasilkan makhluk hidup heterotrof. Makhluk hidup ini berada dalam lautan zat organik yang digunakan sebag isumber energi untuk kerpeluan hidupnya. Proses pembebasan energi dilakukan melalui proses fermentasi yang menghasilkan CO2, ini berarti bahwa jumlah CO2, yang ada di atmosfer semakin bertambah.
c. Tahapan ketiga
Penambahan CO2 di atmosfer ini memberi peluang pada makhluk hidup heterotrof untuk menggunakannya sebagai bahan sintesis. Ini berarti terjadi perubahan fungsional yang memungkinkan makhluk hidup tersebut mampu mengadakan sintesis. Pada tahap ini dasar-dasar kegiatan asimilasi sudah mulai. Proses asimilasi menghasilkan O2 sehingga di atmosfer bumi mulai dijumpai O2 yang makin lama makin banyak.
d. Tahapan Keempat
Oksigen semakin banyak di atmosfer bumi memberi peluang berkembangnnya makhluk hidup yang mampu menggunakan oksigen untuk proses pembebasan oksigen dari bahan energi yang disintesis atau diakumulasikan. Hal tersebut tergantung pada apakah makhluk hidup tersebut termasuk autotrof atau heterotrof? Makhluk hidup tersebut dikenal sebagai makhluk hidup yang aerobic.
e. Tahapan kelima
Makin berkembangnya makhluk hidup autotrof mendorong timbulnya makhluk hidup yang menggunakan peluang tersebut untuk ikut memakai zat organic yang disintesis. Baik melalui bentuk kehidupan bersama yang dikenal dengan simbiosis mutualisme, komensalisme, parasitisme, pedasi, maupun yang hidup bebas di alam. Makhluk hidup tersebut selanjutnya disebut sebagai makhluk hidup heterotrof sekunder. Hal tersebut terjadi karena makhluk hidup heterotrof yang mula-mula tumbuh dari zat organic melalui evolusi biologi yang mestinya disebut makhluk hidup heterotrof primer tidak lagi berkembang atau telah punah.
Dengan demikian, makhluk hidup heterotrof hasil dari evolusi makhluk autotrof yang seharusnya disebut makhluk hidup heterotrof sekunder cukup disebut heterotrof saja. Makhluk hidup inilah yang selanjutnya berkembang hingga sekarang.
Sumber:
Fiqnie, Azra. 2009. Asal Mula Makhluk Hidup. http://azrafiqni.blogspot.com/2009_05_01_archive.html. Diakses pada tanggal 5 April 2010.
Jumat, 12 Februari 2010
CINTA
Setiap insan manusia pastilah tau pepatah bahwa hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga dan bak orang buta yang kehilangan tongkatnya (jatuh dech)..tapi cinta tak selalu membuat kita tertawa, kadang cinta juga buat orang menangis, terharu, sedih, dsb. oranng bisa saling membunuh karena cinta. sahabat bisa saling membenci karena cinta. cinta itu buta, cinta tak bisa memandang miskin/kaya, jelek atau rupawan, tua/muda, etc.